.jpg)

.jpg)
.jpg)
Pria yang lahir di Demak 10 Juni 1933 ini, dari catatan sejarahnya, telah mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai pendidik dan berjuang mendarmabaktikan waktunya demi kepentingan masyarakat. Sarjana S1 pendidikan jurusan ilmu Geografi ini memiliki catatan panjang pengabdian sejak tahun 1954 dengan riwayat panjangnya :
1. Guru SGB Jepara (1954-1958)
2. Guru SMP Negeri Demak (1959-1963)
3. Kepala SMA Negeri Demak (1963-1977)
4. Kepala SMA Negeri Kendal (1977-1988)
5. Pengawas SMP/SMA Karesidenan Pekalongan (1988-1933)
Selama menjabat Kepala SMA Kendal, juga menjadi pengampu Kepala Sekolah (untuk yang pertama) :
1. SMA Negeri Weleri
2. SMA Negeri Sukorejo
3. SMA Negeri Boja
4. SMA Negeri Kaliwungu
5. SMA PGRI 01 Kendal
Catatan panjang keanggotaannya dalam organisasi kemasyarakatan dan perjuangannya dapat dilihat :
1. Pimpinan Pandu Islam Demak
2. Komisaris Umum Pandu Hisbul Wathan (HW) Jepara
3. Komisaris Umum Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) Jepara
4. Ketua II Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kabupaten Demak
5. Ketua II HMI Semarang
6. Ketua KORPRI Unit Gabungan Demak dan kemudian di Kendal
7. Wakil Ketua Paguyuban Manula Peduli Bangsa (PAMANLISA) Kendal
8. Ketua II Komite Penegak Kebenaran Kendal
9. Ketua PWRI Cabang Kendal
10. Wakil Ketua Senam Sehat Indonesia (SSI) Kendal
11. Wakil Ketua Klub Jantung Sehat Kendal
Sedangkan keanggotaan organisasi yang masih dijabat diantaranya :
1. Ketua II Komite Penegak Kebenaran Kendal
2. Penasehat Pengurus PWRI Cabang Kendal
3. Wakil ketua Klub Jantung Sehat Kendal
Pria sederhana yang ”hasil karyanya” tercermin dari jajaran pimpinan daerah di Kendal ini setiap tahunnya menjelang peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, selalu mencurahkan kepedulian dan kecintaannya kepada Bangsa Indonesia dalam sebuah refleksi dan puisi.
Sebuah ungkapan yang muncul melambangkan kepeduliannya kepada masyarakat miskin Kendal adalah dimana penyebab kemiskinan adalah ketidakpedulian para pemimpin kepada rakyatnya yang tercermin dari tingginya tingkat korupsi di indonesia.
Pria sederhana yang dalam sebuah kesempatan mengingatkan bahwa perjuangan manusia tiada akan pernah berakhir karena jejak jejaknya akan terus tertulis, dan hendaknya hidup dijalani dengan sederhana, jujur, ikhlas dan bersyukur serta mengabdi kepada masyarakat tanpa harus berhitung dan mengaharap imbalan, karena semua sudah ada yang menghitung dan akan membalasnya.
Prajurit tua itu tidak lain adalah seorang Drs.H.A.Mintono Hadisusanto