Kamis, 10 April 2008

SELAMAT TINGGAL BLETHOK…..














Etiana (15 th) siswa kelas 3 SMP 2 Weleri asal dukuh Tawang Laut Desa Gempolsewu kini tak lagi menjinjing sepatu agar tak kotor terkena becek saat kesekolah. Pasalnya, jalan sepanjang + 2km yang merupkan satu-satunya jalan menuju sekolah telah dibeton meskipun separo. Sebelumnya, saat jalan becek apalagi habis hujan, anak-anak Tawang Laut (nama dukuhnya) sudah pasti berlepotan tanah jika blethok (jawa : becek sekali) sehingga harus melewati tanggul yang hanya selebar dua jengkal tangan manusia dewasa.

Hitungan 2km adalah jarak dari rumah mereka di dusun Tawang Laut sampai di TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Dari TPI masih harus naik angkot kira-kira 1 km. Untuk sampai di TPI anak-anak harus menyeberang sukai pakai perahu sebrangan yang setia sejak jam 5 pagi sampai jam 11 malam. Namun jika air laut pasang, tukang perahu sebrangan tidak berani mengambil resiko menyebarangkan orang, walhasil, anak-anak (sekolah) negeri terpaksa harus kembali ke rumah mereka dengan kembali berjalan kaki, 2 km.

Ya, untuk menuntut ilmu, setiap hari Etiana dan Karti harus berjalan kaki sejauh 4 km, pergi pulang. Hal ini harus mereka jalani karena di dukuh Taman Laut hanya ada sebuah SD yang telah rusak. Namun demikian, Etiana dan Karti adalah segelintir anak beruntung, karena puluhan gadis seusianya tidak dapat sekolah karena harus bekerja mencari ikan atau menjadi pembantu rumah tangga di luar daerah karena tidak ada biaya. Bahkan, satu-satunya lulusan SMA di Tawang Laut adalah seorang Suwito (42th), nelayan yang dipercaya menjadi anggota BKM.

Dukuh Taman Laut, didalamnya terdapat 159KK, 579 jiwa dan terbagi dalam 4 RT. Pada Pebruari 2007 beberapa rumah roboh diterpa angina putting beliung dan Wakil Bupati Kendal, Dra.Hj. Siti Nurmarkesi langsung datang meninjau lokasi sambil membagikan sembako kepada warga yang tidak dapat melaut. Sebagai sebuah wilayah yang terisolir, karena berada di ujung Kendal bagian Barat Laut. Keberadaan dana PAKET P2KP merupakan salah satu alternative dana mengingat APBD yang terbatas dan harus mencakup 285 Desa/ kelurahan se Kabupaten Kendal. Keterbatasan infrastruktur, merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di wilayah itu. Sayangnya, pada tahun 2007, dana yang disetujui hanya mampu membeton sebagian jalan saja. Sedangkan sisanya diharapkan dapat diselesaikan dengan dana PAKET tahun 2008.

Melihat manfaat yang dirasakan masyarakat dan juga proses dan pembelajaran yang terjadi dalam proses pelaksanaan PAKET di Gempolsewu, terlalu sederhana kiranya jika semua hanya dilihat dari hasil akhirnya saja. Namun tidak berlebihan jika proses hingga program PAKET dapat berjalan di desa Gempolsewu dihargai lebih, mengingat kondisi masyarakat dan lingkungannya yang sedemikian memprihatinkan.

Harus dihargai pula, dengan setimpal, komitmen dari masyarakatnya. Hal ini diantaranya dapat dilihat dari warisan piutang BKM yang diterima dari pengurus terdahulu. Dari nilai total dana 30 juta, dengan mempergunakan perangkat PAKET P2KP, dipergunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk mengembalikan dana yang dipinjamnya. Dan hanya dalam waktu 2 tahun dana yang dimiliki BKM menjadi 65 juta.

Jika bersedia merenungkan kembali, sesungguhnya P2KP merupakan sebuah ikatan komitmen dari semua pihak untuk menetapkan hati memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan. Sehingga, semua hal juga harus ditinjau dari kacamata komitmen, kepedulian dan proses pembelajaan yang berjalan, bukan semata hasil akhir yang ada.

By : Nunuk Sarah Zenubia

Tidak ada komentar: